mimpi-target-muluk-muluk

Hari ini gue pulang bareng temen gue, tiga hari yang lalu dia baru pulang dari sebuah diklat tentang studi ekonomi Islam. Setelah bercanda-canda tentang hal-hal nggak penting dan sedikit-sedikit ngomongin orang dia ngomong hal yang sedikit mengusik “hati dan pikiran”,, alahhhh,,, lebay.

It starting from our discussion about our friend in class who has a target for being merriage in seven years later..

Bagaimana bisa kita tahu dia mau nikah pada tahun 2015 adalah dia itu menempelkan semua target hidupnya pada sebuah sterefoam yang tertempel di kamarnya. Kebetulan temen pulang gue ini satu kamar sama dia di kontrakan deket kampus.

Temen gue itu ngomong, “Gue pengen liat nanti 2015. Bakalan kayak apa?”
Gue nggak jawab apa-apa. Gue Cuma bisa jawab dalam hati. Ya nggak bakal ada apa-apa. Kalau dia bakal nikah, ya berarti sesuai target. Kalau belum nikah ya berarti belum ada jodoh. Jodoh kan perkara Tuhan, manusia Cuma bisa usaha. Yang jadi sumber permasalahan adalah temen gue ini bilang kalau itu gagal.

Bagi gue itu bukan gagal. Cuma tertunda. Kita bisa menetapkan target. Berusaha mencapai, tapi mungkin saja kan ada yang namanya faktor “eksternal”.
Terus gue bercanda sedikit kalau gue nggak mau cari kerja, tapi bikin lapangan kerja dan satu hal lagi gue bilang, gue nggak tertarik jadi PNS.

Lalu temen gue menanggapinya dengan bercerita tentang salah satu dosen yang jadi pemateri di diklat itu. Dosen itu berkali-kali pindah-pindah kuliah. Rata-rata semua kampus ternama negeri ini dia coba masukkin. Lalu akhirnya dia terdapampar di sebuah universitas Islam negeri dan ngambil studi ekonomi syari’ah. Si dosen itu bercerita kalau dia itu nggak mau jadi PNS karna kedua orang tuanya PNS dan punya impian buat bikin lapangan kerja atau jadi bos atau jadi owner, tetapi kenyataan berkata lain. Dia sekarang jadi dosen PNS dan mungkin saja dia “terlihat sukses”.

Terus temen gue bilang gini ke gue. “Ah lu mah kena doktrin tentang mainset abis kuliah bikin lapangan kerja. Hidup mah mengalir. Jangan pasang target muluk-muluk.”

Kali ini gue tertawa dalem hati, karna nggak enak. “WHAHAHAHAAHAHa……..”

Gue kena doktrin? Hahahaha… kalau iya emang kenapa? Gue yakin doktrin itu baik kok. Kenapa gue nggak turutin. Kalau bagi gue, doktrin yang dikasih sama si Dosen itu justru yang sesat. Bagaimana mungkin seorang praktisi pendidikan mengajarkan untuk mahasiswanya tidak menjadi seseorang, atau jadi bisa dibanggakan. Bagaimana mungkin membiarkan mahasiswanya itu berpikir bahwa hidupnya berserah pada nasib yang menjemput? Tanpa ekspektasi? Sebegitu skeptisnya kah?

Kalau bagi gue proses sesuatu menjadi target itu dimulai dari mimpi. Kemudian mimpi itu menjadi target. Kalau kita tidur dan bermimpi, terus kita bangun dan berlari untuk mewujudkannya itu baru namanya proses mencapai target. Gue selalu percaya, orang yang punya mimpi dan berusaha bangun dari mimpi buat mewujudkan adalah orang sukses.

Kalau diri kita tidak dijinkan untuk bermimpi nggak mungkin kan, suara merdunya mba Anggun C. Sasmi bisa terdengar di banyak negara-negara Eropa. Anggun selalu bilang, bahwa mimpi itu penting dan bangun untuk mewujudkannya itu jauh lebih penting. Tentunya semua udah pada denger lagunya yang berjudul “MIMPI” kan?

Terus, apa mungkin seorang Andrea Hirata bisa sebesar ini jikalau dia sama sekali tidak bermimpi? Mimpi keliling eropa, mimpi untuk laskar pelanginya. Lalu, apa kah mungkin seorang Dewi Lestari bisa membius banyak orang lewat kata-kata kalau dia nggak punya mimpi dan imajinasi?

Tentunya ketiga orang itu sebagian kecil dari orang-orang sukses yang punya mimpi sama daya juang. Tentunya mereka semua punya target dalam hidup mereka. Mereka bekerja keras. Mereka berusaha, dan mimpi mereka besar. Yang pasti adalah mereka pasti menemukan kegagalan, frustasi, nggak mencapai target, tapi apa mereka berhenti?

Gue bertanya, apa yang harus mengalir. Air itu mengalir. Jelas hal itu terjadi, karna air punya tujuan dan alur yang tepat. Tujuannya mungkin laut, danau, kembali ke tanah, dan mungkin ke Sungai yang lebih besar. Alurnya jelas yaitu dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Entah air itu jadi comberan atau banjir, itu kan karna faktor eksternal. Drainase-nya buruk, manusia buang sampah sembarangan, dam yang jebol, dll.

Nah kalau kita? Apa mungkin kita mengalir tanpa alur sama tujuan? Hahahahaha,, bagian mana yang mengalir dan nggak muluk-muluk.

Mungkin suatu saat gue jadi PNS atau jadi pekerja biasa, gue enggak menampik kenyataan itu, karna gue manusia yang percaya takdir. Tapi bagi gue itu perkara lain, I’m doing my best right know to get what I want, next I will be something or not, it just a later. I’m just trying my best. Apa itu salah? bagian mana yang muluk? hayooo.....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

3 Response to "mimpi-target-muluk-muluk"

  1. RED_DEVIL says:
    23 Januari 2009 pukul 05.37

    kyanya gw tau nih orngnya!!! parah lu gara gara ngomong giau aja langsung dimasukin diblog lu.. inget ji hidup mah jangan muluk muluk, hahaha,,, kaya layngan aj muluk

  2. Ike says:
    15 Februari 2009 pukul 23.44

    setuju ji.
    tak ada yang tahu tentang masa depan. tak ada yang tahu apakah yang buruk sekarang akan berubah menjadi baik. menjalankan yang terbaik adalah kunci untuk membuka masa depan, tanpa harus takut. y g ji?

  3. winasheila says:
    3 April 2009 pukul 08.35

    Ojii..!!meet you again!
    hmmm, kita memang jangan pernah bilang "tidak" pada suatu hal, seperti yg lo bilang kita ga tau kan masa depan kita bagaimana? hehe... Just prepare yourself for the future. Siapkan apa target lo, seumuran kita kayaknya udah wajar untuk punya target masa depan, kayak mau kerja apa, nikah kapan, kayak ike yg punya target pengen nikah 2 thn lagi (gw doain Ke..hehe). .
    And i'll always pray the best for you!
    See you in the future..hehehe